"Ukht, bagaimana hasilnya?" tanyaku memberanikan diri. Dia masih diam, hanya sekilas mengintip raut mukaku dari balik laptop merahnya.
"Bagiku hasilnya buruk ukht." ucapnya dengan mata yang masih khusyuk menatap laptop dan jari jemari yang mengetuk tuts keyboard. Ekspresi mukanya datar, tapi aku sangat yakin bias kekecewaan ada di dalam hatinya. "Tapi mungkin menurut Allah ini yang terbaik untukku" lanjutnya.
Jujur aku tak berani melanjutkan pembicaraan, aku hanya bisa melakukan gerakan ini, ya mendekatinya dan memeluk punggungnya. Aku tahu yang dia butuhkan bukan celotehan tapi perhatian dari orang sekitar. Saat ini dia hanya butuh secercah harapan dan penyemangat bukan berjibun nasehat.
"30 lebih ukht usahaku untuk mendapatkan ini," ucapnya lagi dengan mata yang mulai berkaca sembari jemarinya menunjuk ke arah fotonya yang dengan seragam PPL. "1 tahun aku bukannya diam tapi terus bergerak, baru 2 ya alhamdulillah sudah 2 pekerjaan yang ku dapatkan." ucapnya sembari menghela nafas. "Tapi yang kucari bukan sekedar maisyah tapi ini cita-cita, aku ingin mengapainya ukht!" ucapnya lebih bertekan namun kini gemetar dan pecah oleh aliran air matanya. Aku pun semakin erat mengengam tangannya.
"Allah tidak tidur ukht, Allah tahu usaha anti, Allah mengerti itu, Allah tahu cita-cita itu!" ucapku dengan mata berkaca-kaca. "Suatu saat nanti pasti akan terbuka, aku bantu anti mencarinya ya!" ucapku mendamaikan yang disambutnya dengan anggukan kepala. Kini tubuh loyonya itu pun berdiri dan memelukku erat. "Fasbir Shabran Jamiyla ukht!" bisikku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Jazakumullah khoir atas kritik dan sarannya... ^^