Motisakti

Motisakti

Jumat, 17 Februari 2017

...cuap cuap...

Lisan itu mudah berkata tanpa kontrol,  eh niat bercanda palah keblablasan sampai bikin sakit hati.

Hati-hati punya lisan...  Itu yang sering direnungkan dalam hati.  Bahkan sering menjadi trending topik dalam lembar pernikahan kami.  
Hem, mudah ya ngomong seperti itu tapi ya kembali lagi kita pun yang ngomong susah juga inget plus njaganya.  Nasehati orang tuh gampang,  lihat cacatnya orang juga gampang...  Tapi coba dibalik kita yg dinasehatin,  yang dilihat cacatnya....  Duh nggak mau ngaku... 

Tak jarang juga kami mencibir orang...  "Nah kan sekarang baru tau rasanya hidup mandiri?  Dulu komentar, ya gini orang baru nikah masih serba sederhana...  Nah loh sekarang kena batunya. "
Tapi kembali lagi istighfar...  Toh kita juga bukan orang yang baik, yang bisa jaga lisan dari nyakitin orang.  
Tapi selalu saya dan suami berusaha menjaga lisan ini.  Karena kemudahan yang kita raih sering bikin lisan ini usil ngomentari kesulitan orang lain.  
Kembali sering diingetin lagi sama Allah.  Semua kemudahan itu milikNya,  tidak patut kita sombong dan mencibir orang yang kurang beruntung. 

Contoh... 
1. Kita punya anak setelah umur pernikahan beberapa bulan.  Syukuri dan jangan sampai hati nyingung ke pasangan yang belum punya anak.  

2. Kita punya rumah di usia pernikahan yang terbilang seumur jagung.  Syukuri dan usahakanlah untuk bisa merendah dihadapan orang yang tak seberuntung kita. 

3. Karier suami naik,  syukuri dan jangan sampai nyindir/sombong kepada pasangan yang tak sesukses kita. 

Toh, ini kebahagian dunia yang sementara frend.  Jodoh,  rezeki,  keturunan hak mutlak Allah.  Gak bisa milih. Kalau dapat yang bagus ya bersyukur bukan ber sombong.  Ingat firman Allah,  semakin kita bersyukur maka semakin bertambah nikmat kita. 
Yang dibawa mati itu bukan suami,  bukan anak,  bukan rumah,  bukan rekening bank,  tapi amal jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan  doa anak yang soleh.

So...  Hati-hati cuap-cuap jangan asal cuap-cuap,  sakit hati yang terpendam itu tipis...  Kita tak tahu siapa yang bakal sakit hati karena ulah lisan kita.