Motisakti

Motisakti

Selasa, 24 September 2013

I'malu fauqa ma'amilu...

Deg... (itu bukan dibaca dik loh! itu deg... suara jantung kalau kaget)

Saya rasa, akhir-akhir ini memang sering dibuat kaget, dibuang terbengong-bengong.... dari rolling yang mengagetkan, "kertas harum" yang dikirim langsung kerumah saya, sampai tema-tema yang seperti jawaban atas kegundahan hati.... Oke mungkin bisa muncul kata Waow, Subhanallah, Ya Rabb, dkk.

Bahkan sampai menemukan dan tergerak hatinya untuk membaca beberapa buku inspiratif. Saya berkali-kali mengikuti tema setiap buku ini, novel kali ini beda, mungkin karena berdasarkan kisah nyata sang penulis, dan yang jelas gak mengerutui tentang kehidupan, tapi seperti mencari hikmah yang tercecer dalam setiap bait kehidupan. Sungguh ini lah yang membuat saya sejenak beralih dari soal-soal TIU, TWK, TKP.

Novel ini selalu saja membuat saya tergiur untuk membaca tiap judulnya. Sungguh dia mengalihkan perhatian saya yang seharusnya konsentrasi pada ujian yang tinggal 2 minggu lebih sedikit. Dan bagusnya lagi novel ini membuat saya tertarik belajar bahasa arab, peribahasa arab, mungkin intinya sastra arab.

Sekarang saya ketangrok (apa sich bahasa Indonesiannya?) dengan satu kalimat arab ini.... I'malu fauqa ma'amilu....

Kalau dari bukunya artinya berusaha berbuat lebih baik dari orang lain
Masih kurang puas (alias ingin penjabaran lebih panjang lebar) saya tanya langsung pada teman saya yang kuliah jurusan sastra Arab dan artinya...
hem, cukup menambah saya jadi terbengong dan dalam hati berbisik "kok nge-pas"
Yap artinya kurang lebih seperti ini Bekerjalah diatas gajimu, suatu hari engkau akan digaji lebih tinggi dari pekerjaanmu.

Memang benar, kita kadang mencari kerja untuk mendapat uang, tapi kita lupa apa iya kita suka pekerjaan itu? apa iya hanya uang yang sebenarnya kita cari dalam kehidupan kita?
Loh saya gak munafik, saya juga bekerja karena ingin mandiri secara ekonomi.
Tapi hidup kita cuma sekali loh! Mau sia-sia menghabiskan waktu, hanya untuk rutinitas yang sebenarnya kita gak ikhlas. Dan baru ikhlas karena dapat semangat dari salam tempel (baca gaji/uang/penghasilan).
Iya kah? berarti gak bersensasi donk? datar aja donk? kayak air mengalir donk? Pasrahkah?

Saya lebih memaknai kalimat .I'malu fauqa ma'amilu... lebih dari sekedar bekerja untuk gaji! saya justru malah tertarik memaknainya dengan mencari kerja yang barokah, bermanfaat bukan cuma diri kita sendiri tapi juga orang lain, dan tentunya kita ikhlas (baca senang/enjoy) melaksanakannya.
Nah itu yang saya rasa senada dengan arti yang teman saya katakan Bekerjalah diatas gajimu, suatu hari engkau akan digaji lebih tinggi dari pekerjaanmu.
Bagaimana mungkin kita bekerja diatas gaji kita kalau gak ikhlas? Bolehlah berkilah, bisa kok! ada orang yang ambisius, prefeksionis, hidupnya juga begitu, bekerja keras terus! Tapi saya rasa suatu saat dia hanya akan mendapat lelah dan tentunya tekanan pikiran. Beda dengan kerja ikhlas.

Gampang kok cara tahu kita suka dengan yang kita kerjakan atau tidak cukup resapi kalimat ini "When you love what you are doing, you don't look at the clock. It is just wonderful" (ini kalimat ada pada buku Ahmad Fuadi, Rantau 1 Muara).

So apapun profesimu.... ikhlaskan hati luruskan niat dan jadilah "khoirunnas anfauhum linnas"... sehingga tercapailah I'malu fauqa ma'amilu...

# Terinspirasi dari buku Rantau 1 Muara

2 komentar:

Jazakumullah khoir atas kritik dan sarannya... ^^