"Nak dinginkan hatinya"
3 kalimat...ya cukup 3 kalimat yang seolah menjadi mantra untukku bersamamu... (kata sang istri mengingat nasehat ibu mertua).
"Nak, saya titip anak putri saya"
Dan 5 kalimat... Yang juga mantra bersamamu...(kata suami mengingat nasehat bapak mertua).
------
Ah, siapa sih dirimu dan diriku yang menjadi tetiba ada dalam 1 rumah, yang tetiba menyuruhku berbagi tempat tidur, yang tetiba mengomentari tiap tindak laku ku, yang tetiba harus damai dan duduk bersama ketika tergesek hatinya oleh suatu masalah.
Bukankah kata orang menikah itu indah. Bukankah kita apa-apa ada yang nemenin.
------
Eh iya memang benar siapa bilang menikah menyuramkan harimu? Dengan menikah engkau dewasa, dengan menikah engkau tak egois, dengan menikah kau ditutut mendegarkan, memahami pasanganmu...
-----
Kalau yang bahagia itu? Yang mesra-mesra-an itu?
-----
Iya...itu juga satu paket dalam pernikahan...
-----
Lalu kenapa banyak yang cerai? Katanya menikah itu membahagiakan?
-----
Ibarat 2 piring yang ditaruh dalam satu rak. Pasti ada gesekan. Ada bunyinya. Coba kalau ditaruh dalam rak berbeda. Ya diam. Sunyi.
Begitu juga pernikahan, menyatukan 2 hati yang beda karakter, kebiasaan, bahkan kesibukan. Ya jelas pasti banyak gesekan. Tinggal bagaimana mau mengalah, memahami, dan tentunya tak gampang tersulut emosi.
Cerai ?
Jelas itu perkara paling ditakuti dan paling mentok karena tak punya pilihan lain.
Tapi cerai bukanlah pilihan....
Bayangkan saja orang menikah itu ada saja rintangannya. Dibikin was-was ma setan. Dibikin putus asa karena perkara-perkara yang sebenernya bisa dirembug bersama.
Alhamdulillah Allah mengharamkan cerai. Bagaimana coba kalau dihalalkan...
Sungguh ngeri jadinya.
Pasangan 1 minggu itu perkenalan. Menurut saya maklum kalau masih mesra bingit. Coba 1 bulan, 2 bulan dst... Ada saja yang jadi masalah... Meski itu sangat simpel dan remeh temeh.
Ya begitulah karena suami istri ada dalam 1 rumah jadi gampang gesekan (bukannya saya menghalalkan pisah rumah loh -.-). Itu namanya tahap ta'aruf lebih lanjut biar jadi tafahum.
Hufh...mengertilah itu ada lah cara untuk lebih dewasa. Dan kalau bisa mempertahankannya insya Allah ganjaranya besar. Makanya kan menikah itu ibadah yang bukan main-main (dan memang gak ada ibadah yang main-main), paling berat tantangannya. Maka ketika ikrar itu telah terucap resapilah dalam hati bahwa ini tanggung jawab dunia akhirat.
Bukan cuma sehari dua hari... Tapi selamanya.
Kesabaran... Keikhlas... Dan terus belajar memahami pasangan itulah kuncinya.. Tentunya tawakal pada Allah.. Terus berdoa yang terbaik.
Seperti yang dikatakan ibu dan bapak mertua. Dinginkan hatinya (bagi seorang istri) dan jaga titipan ini (bagi suami)...
-----
Sudahlah jangan banyak tanya... Menikahlah kau jika kau sudah mencapai ba'ats... Itu nasehat Nabi Muhammad SAW loh...
------
Jangan banyak pikir enak, gak enaknya tapi jalani semua dengan doa, tawakal padaNya. Insya Allah kan dapat buah manisnya...
So tunggu apa lagi menikahlah....